RISET AKUNTANSI
A.
Pengertian
riset akuntansi
Riset akuntansi
merupakan suatu disiplin ilmu yang sudah ada lebih dari seratus tahun yang
lalu. Riset Akuntansi adalah upaya yang dilakukan untuk mencari kebenaran di
bidang akuntansi. Hasil dari riset akuntansi ini merupakan penyambung antara
fenomena sosial di bidang akuntansi dengan struktur teori akuntansi. Dimana
fenomena sosial tersebut dituangkan dalam berbagai bentuk “statement ilmiah”
sehingga menjadi teori.
Proses mencari kebenaran
dimulai dengan cara dogamtis dimana kebenaran berasal dari orang atau pihak
ataupun lembaga yang diberi dan diyakini memiliki otoritas untuk menetapkan
kebenaran. Kemudian cara ini berkembang dan menggunakan cara normatif dengan
menggunakan logika ilmiah, serta pemikiran yang sehat. Dari cara normatif ini
berkembang lagi sehingga kemudian menggunakan metode empiris dengan titik berat
melihat pada kenyataan yang ada dilapangan yaitu fenomena sosial.
B.
Metode Penelitian
Ada beberapa metode yang
digunakan dalam suatu penelitian. Metode-metode ini tergantung kepada suatu
problem atau masalah penelitian yang akan dibahas. Tentunya akan berbeda antara
metode penelitian untuk ilmu eksakta dengan metode penelitian untuk ilmu
sosial. Tetapi dalam ilmu sosial pun memiliki perbedaan metode penelitian.
Bahkan dalam ilmu akuntansi pun ada beberapa metode yang akan dipakai dalam
suatu penelitian.
Dari perbedaan metode
yang digunakan diatas, maka secara garis besar ada tiga cara yang dipilih,
yaitu :
1.
Metode Kuantitatif
Yaitu metode yang
menggunakan rumus-rumus statistik dalam mengidentifikasi dan mengolah variabel
yang muncul dari suatu problem atau masalah yang akan dijawab.
2.
Metode Kualitatif
Yaitu menggunakan narasi
dan penguraian tentang variabel yang akan dibahas tanpa harus melakukan
pengukuran terlebih dahulu.
3.
Metode Campuran antara Kuantitatif dan Kualitatif
Metode ini
menggambungkan dari dua metode diatas, yaitu sebagian menggunakan metode
kualitatif dan sebagian lagi menggunakan metode kuantitatif.
C.
AKUNTANSI:
SENI ATAU SAINS?
Selama
ini, literatur-literatur akuntansi mengembangkan suatu debat berkepanjangan
menyangkut pertanyaan mengenai apakah akuntansi merupakan sebuah ilmu (sains).
Mereka yang berpendapat bahwa akuntansi adalah seni atau keahlian menyarankan
agar keahlian akuntansi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pedagang yang
baik harus diajarkan dan memerlukan adanya pendekatan “legalistik” terhadap
akuntansi. Para pendukung akuntansi adalah ilmu yang sebaliknya menyarankan
agar mengajarkan model pengukuran akuntansi untuk dapat memberikan pandangan
yang lebih konseptual kepada para mahasiswa akuntansi mengenai apa yang hendak
dilakukan oleh akuntansi akrual konvensional dalam memenuhi sasaran umum guna
melayani kebutuhan para penggunanya dan untuk menumbuhkan pemikiran-pemikiran
kritis di bidang akunatansi dan perubahan-perubahan dinamis yang terjadi di
dalamnya. Bagaimana akuntansi itu diajarkan, apakah sebagai keahlian ataupun
sebagai ilmu, akan mempengaruhi cara pandang terhadap bidang studi ini dan
kesiapan dari para siswa yang memilih untuk mengambil akuntansi sebagai jurusan
utamanya hingga nanti pada akhirnya ia akan turut bergabung dalam profesi
akuntansi.
Teori
baik dalam segi normatif maupun positif dan ilmu akuntansi yang ditempatkan di
awal dan tidak hanya di belakang kurikulum akan dapat membantu para siswa dalam
memahami akuntansi secara lebih baik untuk lebih siap terhadap
perubahan-perubahan dalam praktik, hingga sampai kepada pengambilan kebijakan
yang llebih baik. Argument yang disebutkan terakhir tadi sangat sesuai dengan
pandangan yang dikenal luas saat ini bahwa akuntansi adalah suatu ilmu sosial
yang lengkap. Argumentasi ini dijabarkan dengan sangat tepat oleh Mautz sebagai
berikut:
Akuntansi
berhubungan dengan perusahaan, yang tentunya merupakan kelompok sosial;
akuntansi berkepentingan dalam transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian
ekonomi lainnya yang memiliki konsekuensi dan mempunyai dampak atas hubungan
sosial; akuntansi menghasilkan pengetahuan yang berguna dan berarti bagi
orang-orang yang terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang memiliki implikasi
sosial; akuntansi pada hakikatnya bersifat mental. Menurut dasar
pedoman-pedoman yang ada, akuntansi adalah suatu ilmu sosial.
Pandangan
terhadap akuntansi sebagai suatu ilmu sosial telah meresap ke dalam atmosfer
lingkungan akademik dan riset mengenai akuntansi, menimbulkan terjadinya
perpecahan dalam bidang profesi ini. Terdapat cukup banyak bukti yang
menunjukkan telah terjadi perpecahan di antara komunitas praktisi dan akademisi
akuntansi, yang khususnya dikarakteristikkan oleh kurangnya minat dan perhatian
yang sama. Hal ini dibuktikan oleh respons yang diberikan terhadap survey AICPA
atas para anggota institusi di bidang pendidikan berikut ini:
1. Masalah
terpenting yang dihadapi oleh CPA dalam bidang pendidikan adalah adanya
kenyataan bahwa bidang akademi telah terpisah terlalu jauh dari profesi
akuntansi.
2. Riset
akuntansi yang saat ini kebanyakan dijalankan tidak relevan sama sekali dengan
akuntansi di dunia nyata.
3. Para
pengajar seringkali kurang berinteraksi dengan para praktisi.
Sterling
(1975 and 1979) menegaskan bahwa istilah “seni” sangat tergantung pada
interpretasi personal praktisi. Sedangkan “sains” tergantung pada
prosedur-prosedur pengukuran khusus yang ketat. Sterling yakin bahwa bahwa
akuntansi jauh lebih dekat kepada seni daripada ilmu jika melihat bagaimana
akuntan mendefinisikan masalah. Misalnya dalam kasus depresiasi, sebuah
kesepakatan adanya ruang gerak yang luas tersedia dalam pengukuran kita dalam
menyeleksi metode penyusutan dan memutuskan jumlah tahun masa manfaat dan nilai
sisa. Hasilnya, objektivitas menjadi sangat rendah. Pendekatan ilmiah berjuang
keras untuk mengadakan prosedur pengukuran sebagai kelengkapan yang bermakna
secara ekonomi. Sebagaimana replacement
cost atau NRV dari aset atau elemen lain yang diukur.
Namun
demikian, akuntansi sebagian besar berkaitan dengan unsur manusia, yang kurang
terkendali daripada fenomena fisik yang diukur dalam ilmu alam (sains).
Karenanya, kita bisa memperkirakan akuntansi, bersama dengan ekonomi dan
ilmu-ilmu sosial lainnya, adalah kurang akurat dalam pengukuran dan prediksi
dibandingkan dengan ilmu alam.
D.
Arah
Riset Akuntansi
Pendekatan yang
didiskusikan di bawah ini mewakili orientasi tertentu atau arahan riset
akuntansi.Pendekatan-pendekatan ini mewakili perubahan yang signifikan
melampaui riset normatif murni pada generasi yang lalu.
1 .
Pendekatan
Model-Keputusan (The Decision-Model
Approach)
Model
ini menyatakan informasi apa yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Dari
sudut pandang ini laporan keuangan didasarkan pada entry value, exit value dan discounted
cash flows yang memenuhi syarat berkemungkinan bermanfaat. Pendekatan ini
tidak menyatakan informasi yang diinginkan pengguna melainkan lebih
berkonsentrasi pada informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan
tertentu. Orientasinya adalah normatif dan deduktif. Premis yang mendasari
riset ini adalah pembuat keputusan yang perlu diingatkan bagaimana menggunakan
informasi jika mereka tidak familiar dengan informasi tersebut.
2.
Riset
Pasar Modal (Capital Market Research)
Sebuah jumlah
yang signifikan dari riset empirik/induktif memperlihatkan harga saham
perusahaan publik bereaksi dengan cepat dan dalam keadaan tidak bias terhadap
informasi baru. Karenanya harga pasar diasumsikan dapat merefleksikan secara
utuh semua informasi yang tersedia untuk publik. Proposisi ini secara prinsip
dari disiplin keuangan diketahui sebagai efficient
market hypothesis atau hipotesis pasar efisien. Ketika informasi secara
cepat direfleksikan dalam harga sekuritas, maka ada permintaan untuk
meningkatkan pengungkapan akuntansi.
3.
Riset
Keperilakuan (Behavioral Research)
Perhatian
utama dari riset ini adalah bagaimana pengguna informasi akuntansi membuat
keputusan dan informasi apa yang mereka perlukan. Pendekatannya adalah
deskriptif, sedangkan pendekatan decision
model adalah normatif. Kebanyakan penelitian ini menggunakan subyek situasi
percobaan yang terkendalikan dengan seksama. Banyak studi telah memperlihatkan
ketidaksesuaian antara model keputusan normatif dengan proses keputusan aktual
dari pengguna (users). Riset lain
menemukan adanya tendensi untuk menggunakan laporan keuangan yang
dipublikasikan untuk tujuan pengambilan keputusan manajerial.
4.
Teori
Agensi (Agency Theory sering disebut Contracting Theory)
Teori
keagenan atau teori kontrak adalah sebuah topik penting dalam riset akuntansi
saat ini. Teori keagenan bisa merupakan deduktif dan induktif dan merupakan
contoh yang istimewa dari riset perilaku walaupun akar teori keagenan pada
keuangan dan ekonomi lebih dari psikologi dan sosiologi. Asumsi yang mendasari
adalah reaksi individu pada saat terjadi konflik antara kepentingannya dengan
kepentingan perusahaan. Asumsi lain yang penting dari teori adalah titik
persimpangan antara banyak tipe kontrak di antara manajemen, pemilik, kreditur
dan pemerintah. Hasilnya teori keagenan memperhatikan variasi cost dari hubungan pemantauan dan
pelaksanaan di antara kelompok yang beragam.
Pada
teori ini, individu bertindak sesuai dengan kepentingan terbaik bagi mereka,
perusahaan merupakan titik pertemuan (intersection)
berbagai tipe hubungan kontraktual antara manajemen, pemilik, kreditur, dan
pemerintah. Berkaitan dengan biaya pengawasan dan penguatan hubungan antara
berbagai kelompok riset informasi ekonomi, memfokuskan pada biaya untuk
menghasilkan informasi akuntansi.
5. Informasi Ekonomi
Akuntan menjadi meningkat kesadarannya terhadap cost dan benefit dalam menghasilkan informasi akuntansi. Riset informasi
ekonomi biasanya dasarnya adalah analitis/deduktif. Informasi ekonomi mutakhir
termasuk asumsi teori keagenan dan analisa situasi dalam analisanya. Hal ini karena pembagian resiko antara prinsip dan agen
adalah koneksi dekat dengan isu apakah keduanya memiliki informasi yang penuh
atau apakah akan terjadi informasi yang timpang pada saat salah satu terpisah
(biasanya agen) memiliki informasi yang lebih banyak dari yang lain. Tujuan
dari analisa teori informasi adalah menentukan bagaimana rancangan kontrak dioptimalkan
untuk menegosiasikan insentif dan pembagian resiko. Riset juga memperlihatkan
pentingnya fungsi pelayanan akuntansi (menilai kinerja manajemen relatif
penting untuk menentukan insentif dan reward
manajemen).
6. Riset Critical Accounting
Critical Accounting
adalah cabang teori akuntansi yang memandang akuntansi memiliki peran sebagai
poros dalam memutuskan konflik antara perusahaan dan konstituen sosial seperti
buruh, konsumen dan masyarakat umum. Hal ini secara langsung diperhatikan
secara aktif dalam peran sosial akuntan.Critical
Accounting merupakan perpaduan gabungan dua area dari akuntansi yang
dikembangkan sejak 1960-an yaitu: akuntansi kepentingan publik dan akuntansi
sosial. Akuntansi kepentingan publik melakukan pekerjaaan bebas dari pajak dan
nasehat keuangan pada individu, kelompok dan usaha kecil yang tidak mampu
membayar jasa tersebut. Akuntansi sosial menyinggung usaha menjelaskan
pengukuran untuk mengambil dari perusahaan beban eksternal, seperti polusi yang
menimbulkan kerusakan pada masyarakat.Riset Critical
Accounting meyakini bahwa akuntansi harus lebih ditekankan untuk mencoba
menyelesaikan masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar