BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di sebagian besar perusahaan, capital budgeting adalah salah satu sumber utama keuntungan
perusahaan tersebut. Karena dengan adanya capital budgeting mereka dapat
menghitung tingkat keuntungan yang akan mereka dapatkan pada jangka panjangnya
Penganggaran modal adalah istilah yang sering kita dengar
pada saat berhubungan dengan uang. Tapi seringkali istilah penganggaran modal
disalah tafsirkan sebagai alat untuk menghitung keuntungan saja, padahal
penganggaran modal (capital budgeting)
bukan hanya sekedar itu saja. Maka dari itu kita harus memahami betul
pengertian dari penganggaran modal (capital
budgeting) agar penafsiran tidak hanya terbatas pada mencari keuntungan
saja tetapi melakukan keputusan investasi yang akan berdampak bagus pada jangka
panjang maupun jangka pendek bagi perusahaan. Di suatu perusahaan, seorang
manajer keuangan harus paham betul dengan capital budgeting ini sebab seorang
manajerlah yang akan memutuskan investasi atau penanam modal ini dapat
diinvestasikan agar berdampak baik pada perusahaan.
1.2Rumusan Masalah
1.2.1
Pengertian Capital Budgeting ( Penganggaran Modal )
1.2.2
Pentingnya Capital Budgeting
1.2.3
Klasifikasi Proyek
1.2.4
Tahapan Capital Budgeting
1.2.5
Proses Capital
Budgeting
1.2.6
Post Audit
1.3
Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui Pengertian Capital Budgeting ( Penganggaran Modal )
1.3.2
Untuk mengetahui seberapa Pentingnya Capital Budgeting
1.3.3
Untuk mengetahui pembagian
Klasifikasi Proyek
1.3.4
Untuk mengetahui bagaimana
Tahapan Capital Budgeting
1.3.5
Untuk mengetahui cara Proses Capital Budgeting
1.3.6
Untuk mengetahui tentang Post
Audit
1.4. Manfaat
Setelah membaca dan mempelajari
makalah ini, diharapkan agar pembaca dapat lebih mengetahui dan memahami apa
itu capital budgeting dan apa pentingnya bagi sebuah perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Capital Budgeting ( Penganggaran Modal ).
Penganggaran Modal ( Capital
Budgeting ) Istilah
penganggaran modal digunakan untuk melukiskan tindakan perencanaan dan pembelanjaan
pengeluaran modal, seperti untuk pembelian equipmen baru untuk memperkenalkan
produk baru, dan untuk memodernisasi fasilitas pabrik.
Penganggaran Modal ( Capital
Budgeting ) adalah
Suatu Konsep Investasi Dikatakan sebagai suatu konsep investasi, sebab
penganggaran modal melibatkan suatu pengikatan (penanaman)
dana di masa sekarang dengan harapan memperoleh keuntungan yang dikehendaki di
masa mendatang. Investasi membutuhkan dana yang relatif
besar dan keterikatan dana tersebut dalam jangka waktu yang relatif
panjang, serta mengandung resiko.
Capital Budgeting
adalah merupakan proses evaluasi dan pemilihan investasi jangka panjang yang
konsisten terhadap maksimalisasi tujuan perusahaan. DefinisiCapital Budgeting “Capital Budgeting is the Process of evaluating and selecting
long-term invesmentsconsistents with the firm’s goal of owner wealth
maximization”. Penganggaran
modal (Capital Budgeting) adalah proses kegiatan yang mencakup seluruh
aktivitas perencanaan penggunaan dana dengan tujuan untuk memperoleh manfaat
(benefit) pada waktu yang akan datang. Penganggaran modal berkaitan dengan
penilaian aktivitas investasi yang diusulkan. Aktivitas suatu investasi
ditujukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan selama periode tertentu di
waktu yang akan datang, yang mempunyai titik awal (kapan investasi
dilaksanakan) dan titik akhir (kapan investasi akan berakhir).
Investasi adalah
pengkaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan
laba dimasa yang akan datang. Dalam penggantian atau pembahasan kapasitas
pabrik misalnya : dana yang sudah ditanamkan akan terikat dalam jangkawaktu
yang panjang, sehingga perputaran dana tersebut kembali menjadi uang tunai tidak
dapat terjadi dalam waktu satu atau dua tahun, tetapi dalam jangka waktu
yanglama..
Sebagai konsekuensinya,
perusahaan membutuhkan prosedur tertentu untuk menganalisa dan menyeleksi
beberapa alternatif investasi yang ada. Keputusan mengenai investasi tersebut
sulit dilakukan karena memerlukan penilaian mengenai situasi dimasa yang akan
datang, sehingga dibutuhkan asumsi-asumsi yang mendasari estimasi terhadap
situasi yang paling mendekati yang mungkin terjadi, baik situasi internal
maupun eksternal perusahaan. Investasi tersebut harus dihitung sesuai dengan cash
flow perusahaan dan harus merupakan keputusan yang paling tepat untuk
menghindari resiko kerugian atas investasi tersebut. “As time passes, fixed assets may become obselete or
may require an overhaul; at these points, too, financial decisions may be
required”. Perusahaan biasanya
membuat berbagai alternative atau variasi untuk berinvestasi dalam jangka panjang,
yakni berupa penambahan asset tetap seperti tanah, mesin dan peralatan. Aset tersebut merupakan aset yang
berpotensi, yang merupakan sumber pendapatan yang potensial dan mencerminkan
nilai dari sebuah perusahaan.Capital budgeting dan keputusan keuangan
diperlakukan secara terpisah. Bila investasi yang diajukan telah ditentukan
untuk diterima, manager keuangan kemudian memilih metoda pembiayaan yang paling
baik.
2.2
Pentingnya
Capital Budgeting
1.
Keputusan Capital Budgeting akan berpengaruh pada jangka waktu yang lama sehingga akan
kehilangan fleksibilitasnya
Contoh
pembelian sebuah aktiva yang memiliki umur ekonomis 10 tahun akan mengunci
perusahaan selama periode 10 tahun, karena perluasan aktiva didasarkan atas
penjualan yang diharapkan dimasa depan. Maka keputusan untuk membeli sebuah
aktiva yang akan habis dalam jangka waktu 10 tahun membutuhkan perencanaan
penjualan selama 10 tahun. Akhirnya keputusan penganggaran modal akan
menentukan arah strategis perusahaan karena perusahaan bergerak ke arah produk,
jasa atau pasar baru yang harus didahului dengan pengeluaran modal.
2.
Penanggaran modal yg
efektif akan menaikkan ketepatan waktu dan kualitas dari penambahan aktiva
Contoh
perusahaan berusaha beroperasi mendekati kapasitas sepanjang waktu , selama 4
tahun, PT A telah mengalami permintaan secara besar-besaran secara tiba-tiba
yang bersifat tidak rutin sehingga perusahaan terpaksa menolak permintaan
tersebut. Oleh karena itu PT A merecanakan untuk menambah kapasitas produksi
dengan menyewa gedung tambahan dan membeli peralatan produksi yang baru yang
diperlukan untuk kegiatan produksi, untuk itu diperlukan waktu 6-8 bulan agar
kapasitas produksi dapat digunakan , namun pada saat itu perminttan mulai
menurun, karena perusahaan lain mempunyai kapasitas yang mencukupi. PT A mulai
merencanakan meramalkan permintaan secara tepat dan merencanakan kebutuhan
kapasitasnya satu tahun sebelumnya atau lebih maka perusahaan mampu
mempertahankan dan bahkan meningkatkan pangsa pasar.
3.
Pengeluaran Modal sangatlah
Penting
Perusahaan
dalam mencukupi semua kebutuhan yang diperlukan dalam kegiatan produksi,
perusahaan harus mempunyai dana yang cukup dan memadai karena untuk mencukupi
semua kebutuhan perusahaan mengeluarkan dana yang besar. Jumlah uang yang besar
yang dikeluarkan perusahaan tidak dapat tersedia secara otomatis oleh karena
itu, Untuk mencukupi itu semua perusahaan harus memikirkan program pengeluaran
modal yang besar dengan merencanakan membuat capital budgeting dana jauh-jauh hari sebelum dana itu tersedia.
2.3 Klasifikasi Proyek
Menganalisis usulan pengeluaran modal bukanlah pekerjaan yang
gratis-analisis ini memang bermanfaat tetapi juga membutuhkan biaya yang sangat
besar. Untuk jenis proyek tertentu analisis yang terinci relative lebih
terjamin, sementara untuk yang lainnya harus digunakan prosedur yang lebih
sederhana. Perusahaan biasanya mengkategorikan proyek dan kemudian menganalisis
dalam setiap kategori dengan cara yang berbeda
1.
Penggantian : pemeliharaan
bisnis
Kategori
ini terdiri dari pengeluaran untuk mengganti peralatan yang usang atau rusak
yang digunakan dalam membuat produksi yang menguntungkan. Proyek penggantian
ini diperlukan jika perusahaan ingin melanjutkan usahanya. Isu satu-satunya
disisni adalah
a.
Apakah operasi ini harus
dilanjutkan?,
b.
haruskah kita melanjutkan
pengguankan proses produksi yang sama?
Pada
umumnya jawabannya adalah YA, sehingga keputusan pemeliharaan dibuat tanpa
melalui proses keputusan yang rumit
2.
Penggantian : pengurangan
biaya
Kategori
ini termasuk pengurangan untuk mengganti peralatan yang usang, tujuannya adalah
untuk menurunkan biaya tenaga kerja, bahan dan input lannya seperti listrik.
Keputusan ini adalah bijaksana dan secara wajar biasanya menggunakan analisis
terperinci
3.
Ekspansi produk atau pasar
yang ada
Kategori
ini termasuk pengeluaran untuk meningkatkan output produk yang sudah ada, atau
memperluas outlet ritel atau fasilitas distribusi dalam pasar yang sekarang
dilayani. Keputusan ini lebih kompleks karena memerlukan peramalan eksplisit
tentang pertumbuhan permintaan
4.
Ekspansi kedalam produk
atau pasar baru
Kategori
ini investasi untuk menghasilkan produk baru atau untuk memperluas ke daerah geografi yang saat ini tidak
terlayani. Proyek ini melibatkan keputusan startegis yang dapat mengubah sifat
mendasar bisnis dan biasanya membutuhkan pengeluaran uang dalam jumlah besar dan
pengembalian uang yang lebih lambat. Dalam proyek ini selalu diperlukan
analisis yang terperinci dan keputusan akhir biasanya dibuat oleh pihak direksi
sebagai bagian dari rencana strategis perusahaan
5.
Proyek pengamanan dan atau
lingkungan
Kategori
ini meliputi pengeluaran yang diperlukan untuk memenuhi permintaan pemerintah,
perjanjian tenaga kerja atau polis asuransi. Pengeluaran ini disebut investasi
wajib dan biasanya menyangkut proyek
tanpa pendapatan. Bagaimana mereka menangani proyek ini tergantung pada
ukurannya.
6.
Lainnya
Kategori
ini termasuk gedung perkantoran, tempat parkir, dan sebagainya, bagaimana
kategori ini ditangani bervariasi diantara perusahaan.
2.4 Tahap
– tahap Capital
Budgeting
1.
Biaya
proyek harus ditentukan
2.
Manajemen
harus memperkirakan aliran kas yg diharapkan dari proyek, termasuk nilai akhir
aktiva
3.
Risiko
dari aliran kas proyek harus diestimasi. (memakai distribusi probabilitas aliran
kas)
4.
Dengan
mengetahui risiko dari proyek, manajemen harus menentukan biaya modal (cost of
capital) yg tepat untuk mendiskon aliran kas proyek
5.
Dengan
menggunakan nilai waktu uang, aliran kas masuk yang diharapkan digunakan untuk
memperkirakan nilai aktiva.
6.
Terakhir,
nilai sekarang dari aliran kas yg diharapkan dibandingkan dengan biayanya
2.5
Proses Capital Budgeting
Proses Capital
Budgeting terdiridari 5 langkah yang salingberkaitan, yakni:
1.
Pembuatan Proposal Anggaran Dana
Proposal
penganggaran barang modal dibuat di semua tingkat dalam sebuah organisasi
bisnis. Untuk menstimulasi aliran berbagai ide, banyak perusahaan menawarkan
penghargaan berupa uang tunai untuk beberapa proposal yang diadopsi.
2.
KajiandanAnalisa
Proposal
penganggaran barang modal secara formal direview dalam rangka (a)
mencapai tujuan dan rencana utama perusahaan dan yang paling penting (b) untuk
mengevaluasi kemampuan ekonominya.
Biaya
yang diajukan dan benefit yang diestimasikan dikonversikan menjadi
sebuah cash flow yang sesuai. Bermacam-macam teknik capital budgeting
dapat diaplikasikan untuk cash flow tersebut untuk menghitung tingkat
keuntungan dari investasi.
Berbagai
macam aspek resiko diasosiasikan dengan proposal yang akan dievaluasi. Setelah
analisis ekonomi telah dibuat lengkap, diiringi dengan data tambahan dan
rekomendasi yang ditujukan untuk para pengambil keputusan.
3.
PengambilanKeputusan
Besarnya
sejumlah dana yang dikeluarkan dan pentingnya penganggaran barang modal
menggambarkan tingkat organisasi tertentu yang membuat keputusan penganggaran.
Perusahaan biasanya mendelegasikan kewenangan penganggaran barang modal sesuai
dengan jumlah uang yang dikeluarkan. Secara umum jajaran direksi memberikan
keputusan akhir untuk sejumlah tertentu penganggaran barang modal yang
dikeluarkan.
4.
Implementasi
Ketika
sebuah proposal telah disetujui dan dananya telah siap, tahap implementasi
segera dimulai. Untuk pengeluaran yang kecil, penganggaran dibuat dan
pembayaran langsung dilaksanakan. Namun untuk penganggaran dalam jumlah besar,
dibutuhkan pengawasan yang ketat.
5.
Follow Up (tindaklanjut)
Setelah
diimplementasikan maka perlu dilakukan monitoring selama tahap kegiatan operasi
berjalan dari proyek tersebut. Perbandingan dari biaya yang ada dan keuntungan
yang diekspektasikan dari berbagai proyek sebelumnya adalah sangat vital.
Ketika biaya yang dikeluarkan melebihi anggaran biaya yang ditetapkan, harus
segera dilakukan tindakan untuk menghentikannya, apakah dengan meningkatkan
benefit atau mungkin menghentikan proyek tersebut.
Setiap
langkah dalam proses tersebut penting dilakukan terutama pada langkah kajian
dan analisa, maupun pengambilan keputusan (langkah 2 dan 3) yang membutuhkan
waktu dan tenaga yang paling besar. Langkah terakhir yakni follow up
juga penting namun sering diabaikan. Langkah tersebut dilakukan untuk menjaga
perusahaan untuk dapat meningkatkan akurasi cash flow yang diestimasi.
2.6
Post
Audit
Aspek penting dari proses capital
budgeting adalah post audit yang melibatkan
a.
Perbandingan hasil
aktual dengan hasil yang diprediksikan oleh sponsor proyek
b.
Penjelasan mengapa
setiap perbedaan ini terjadi
Post audit memiliki 2 tujuan
utama yaitu
a.
Memperbaiki Ramalan
Ketika
pengambilan keputusan dipaksa membandingkan proyeksi mereka terhadap hasil
aktual ada kecenderungan agar estimasi diperbaiki. Bias yang disengaja atau
tidak disengaja akan diobservasi dan dieliminasi , metode peramalan yang baru
dilihat sebagai kebutuhan dan orang-orang cenderung untuk berbuat lebih baik
termasuk membuat ramalan, jika mereka mengetahui bahwa tindakannya dimonitor
b.
Meningkatkan operasi
Perusahaan
dijalankan oleh manusia dan mereka yang dapat melaksanakan pada tingkat
efisiensi yang lebih tinggi atau lebih rendah. Apabila mengenai investasi maka
para anggota mempertaruhkan reputasinya pada lini ini. Jika biaya berada diatas
yang diperkirakan maka penjualan akan berada dibawah yang diharapkan dan
sebaliknya, eksekutif terdorong untuk meningkatkan operasi dan memberikan hasil
mendekati yang diramalkan.
2.7
Peraturan Keputusan Penganggaran Modal
Ada
5 metode yang dapat digunakan untuk memberi peringkat proyek dan memutuskan
apakah suatu proyek itu harus diterima atau di tolak, dan dimasukkan ke dalam
anggaran modal atau tidak. Beberapa metode penilaian itu antara lain :
·
Pemulihan (payback)
·
Pemulihan yang didiskontokan
·
Nilai sekarang bersih ( NPV )
·
Tingkat pengembalian internal ( IRR )
·
Tingkat pengembalian internal yang
dimodifikasi ( MIRR )
2.7.1
Periode
pemulihan ( Payback ) dan Pemulihan yang di Diskontokan
Metode
ini didefenisikan sebagai ekspetasi jumlah tahun yang diperluakan untuk
menutupi investasi awal, dan merupakan metode formal pertama yang digunakan
untuk mengevaluasi proyek penganggaran modal.
Payback
=Tahun sebelum penutupan penuh +
Semakin pendek periode pemulihan,
maka semakin baik. Dalam metode ini, apabila perushaan sudah mendapatkan hasil
analisinya, maka harus ada pemilihan terhadap proyek yang akan dipilih.
Mutually exclusive berarti, jika satu proyek diplih, maka yang lainnya harus
ditolak. Sedangkan proyek independen merupakan proyek dimana arus kasnya tidak
bergantung satu dengan yang lainnya.
Beberapa perusahaan menggunakan
suatu varian pemulihan reguler, yaitu periode pemulihan yang didiskontokan,
yang mana hal ini juga serupa dengan periode pemulihan secara reguler, kecuali
bahwa arus kas yang diharapkan didiskontokasn dengan biaya modal proyek. Jadi,
periode pemulihan yang didiskontokan didefenisikan sebagai jumlah tahun yang
dibuthkan untuk menutup investasi dari arus kas bersih yang didskontokan.
Pada pemulihan ( payback ) adalah
jenis perhitungan “impas” ( breakeven ), yang mana artinya adalah jika arus kas
masuk berada pada tingkat yang diharapkan sampai tahun pemulihan, maka proyek
itu akan impas.
Pada
pemulihan secara reguler, tidak memperhitungkan adanya biaya modal, tidak ada
biaya utang atau ekuitas yang digunakan untuk menjalankan proyek tercermin
dalam arus kas satau perhitungan. Pemulihan yang didiskontokan memperhitungkan
biaya modal, hal ini memperlihatkan tahun impas setelah tertutupnya biaya utang
dan ekuitas.
Kelemahan
utama dari metode ini adalah bahwa metode ini mengabaikan arus kas yang
dibayarkan atau yang diterima setelah periode pemulihan. Walaupun metode
tersebut memiliki beberapa kesalahan, namun metode tersebut memberikan
informasi tentang berapa lama dana akan terikat dalam proyek.
Jadi,
semakin pendek periode pemulihan, sementara yang lain dianggap konstan, semakin
besar likuiditas proyek. Arus kas yang diharapkan dalam jangka panjang umumnya
lebih berisisko daripada arus kas jangka pendek, maka pemulihan seringkali
digunakan sebagai salah satu indikator dari tingkat risiko proyek.
2.7.2 Nilai Sekarang
Bersih (NPV)
Setelah
kelemahan metode pemulihan, maka ada metode lain yang di jadikan sebagai
alternatif pilihan dalam mengevaluasi keefektifan proyek. Salah satu metode
seperti itu adalah metode nilai sekarang bersih (net present value = NPV ),
dimana metode ini mengandalkan pada teknik arus kas yang didiskontokan (
discounted cash flow ). Beberapa proses dalam teknik ini antara lain :
·
Tentukan nilai sekarang dari setiap arus
kas, termasuk arus kas masuk dan arus kas keluar, yang didiskontokan pada modal
proyek.
·
Jumlah arus kas yang didiskontokan ini
merupakan hasil sebagai NPV proyek.
·
Jika NPV adalah positv, maka proyek
harus diterima, sementara jika negativ, maka proyek tersebut harus di tolak.
Persamaan untuk NPV ini adalah:
NPV=CF0+ =
NPV = net present value
CF = arus kas bersih yang di harapkan
t = periode waktu yang ditentukan
k = biaya modal proyek
n = umur proyek
Alasan
yang rasional untuk menggunakan metode ini adalah kejelasan yang disediakan
oleh metode ini. NPV sebesar nol menyiratkan bahwa arus kas proyek sudah
mencukupi untuk membayar kembali modal yang diinvestasikan dan memberikan
tingkat pengembalian yang dibutuhkan atas
modal.
Apabila
NPV yang dihasilkan positiv, maka proyek tersebut akan menghasilkan lebih
banyak kas dari yang dibuthkan untuk menutupi utang dan memberikan pengembalian
yang diperlukan kepada pemegang saham, dan kelebihan kas ini hanya akan
bertambah kepada pemegang saham. Oleh karena itu, jika perusahaan mengambil
proyek yang menghasilkan perhitungan NPV positiv, maka akan memberikan
peningkatan terhadap posisi pemegang saham dalam perusahaan.
2.7.3
Tingkat
Pengembalian Internal ( IRR )
IRR
didefenisiskan sebagai tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari
arus kas masuk proyek yang diharapkan terhadap nilai sekarang dari arus kas
masuk proyek yang diharapkan terhadap nilai sekarang dari biaya proyek.
PV
( arus masuk ) = PV ( biaya investasi )
CF0+
NPV
=
Jika
arus kas adalah konstan dari tahun ke tahun, maka kita akna memmiliki anuitas,
dan kita dapat menggunakan faktor anuitas untuk mencari IRR. Namun, apabila
arus kas tidak konstan, maka akan sulit untuk menghitung IRR.
Secara matematis, baik metode NPV
maupun IRR akan memberikan keputusan
menerima atau menolak yang sama atas proyek independen, karena jika NPV
positiv, maka IRR akan melebihi k. Namun, NPV dan IRR dapat membuat peringkat
yang berbeda untuk proyek mutually excusive .
Ada beberapa alasan rsional mengapa
tingkat diskonto tertentu menyamakan biaya proyek dengan nilai sekarang
penerimaannya, antara lain :
·
IRR proyek adalah tingkat pengembalian
yang diharapakan (expected return)
·
Jika IRR melebihi biaya dana yag
digunakan untuk membiayai proyek, maka akan terdapat surplus setelah pembayaran
modal, dan surplus ini akan menjadi bagian pemegang saham.
·
Oleh karena itu, memilih proyek yang IRR
nya melebihi biaya modal meningkatkan kekayaan pemegang saham.
·
Disisi lain, apabila IRR lebih kecil
daripada biaya modal, maka memilih proyek ini akna menimbulkan biaya bagi
pemegang saham sekarang.
·
Hal ini merupakan karaktertistik
breakeven yang mebuat IRR berguna dalam megevaluasi proyek modal.
2.7.4
Tingkat
Pengembalian Internal yang diModifikasi (MIRR)
Para
manajer lebih menarik untuk mengevaluasi investasi dalam istilah persentase
tingkat pengembalian dibandingkan dolar NPV. Kita dapat memodifikasi IRR dan
menjadikan indikator profitabilitas yang relatif lebih baik, sehingga lebih
baik untuk digunakan dalam penganggaran modal.
MIRR
memiliki keunggulan yang signifikan apabila dibandingkan dengan IRR biasa. MIRR
mengasumsikan bahwa arus kas dari semua proyek direinvestasikan pada biaya
modal. Sedangkan pada IRR reguler mengasumsikan bahwa arus kas dari setiap
proyek diinvestasikan pada IRR proyek. Karena reinvestasi pada biaya
modalumumnya lebih benar, maka MIRR adalah indikator yang lebih baik dari
profitabilitas proyek yang sesungguhnya.
Kita
dapat menyimpulkan bahwa MIRR lebih unggul daripada IRR reguler sebagai
indikator dari tingkat pengembalian proyek yang sebenarnya atau tingkat
pengembalian jangka panjang.
Rumus
:
PV Biaya = PV
nilai terminal
kasus
Capital Budgeting
CONTOH SOAL
PT. Maju Tak Gentar mengajukan dua
proposal proyek untuk di analisis. Data tentang kedua proposal proyek tersebut
adalah sebagai berikut:
|
Proyek “A”
|
Proyek “B”
|
Kebutuhan
investasi
|
Rp
250.000.000
|
Rp
200.000.000
|
Nilai
residu
|
Rp 50.000.000
|
Nihil
|
Umur
ekonomis
|
5
tahun
|
5
tahun
|
Bunga
modal
|
15%
|
15%
|
Pola penjualan untuk lima tahun mendatang
sebagai berikut :
|
Proyek “A”
|
Proyek “B”
|
Tahun
1
|
Rp 525.000.000
|
Rp 400.000.000
|
Tahun
2
|
Rp 400.000.000
|
Rp 400.000.000
|
Tahun
3
|
Rp 550.000.000
|
Rp 200.000.000
|
Tahun
4
|
Rp 450.000.000
|
Rp 250.000.000
|
Tahun
5
|
Rp 150.000.000
|
Rp 250.000.000
|
Biaya dan pajak
yang harus diperhitungkan dari masing-masing proyek setiap tahun adalah sebagai
berikut :
|
Proyek “A”
|
Proyek “B”
|
Biaya
tetap per tahun
|
Rp 100.000.000
|
RP 75.000.000
|
Biaya
variabel
|
60%
|
50%
|
Pajak
keuntungan
|
40%
|
40%
|
Dalam
biaya tetap sudah termasuk biaya penyusutan dan biaya bunga baik untuk proyek
“A” maupun proyek “B”.
Ditanyakan :
1. Menentukan pola EAT untuk kedua proyek
2. menentukan proyek yang dipilih
berdasarkan PBP (Pay Back Period)
3. Menentukan proyek yang dipilih
berdasarkan NPV (discount rate 15%)
4. Hitunglah profitability indek kedua
proyek
5.
Kesimpulan yang dapat diambil jika kedua proyek bersifat contigent? dengan
asumsi dana cukup tersedia.
Penyelesaian :
1. Pola EAT proyek “A” (dalam rupiah)
Th
|
Penjualan (Rp)
|
FC (Rp)
|
VC (Rp)
|
TC (Rp)
|
EBT (Rp)
|
Pajak 40% (Rp)
|
EAT (Rp)
|
1
|
525.000.000
|
100.000.000
|
315.000.000
|
415.000.000
|
110.000.000
|
44.000.000
|
66.000.000
|
2
|
400.000.000
|
100.000.000
|
240.000.000
|
340.000.000
|
60.000.000
|
24.000.000
|
36.000.000
|
3
|
550.000.000
|
100.000.000
|
330.000.000
|
430.000.000
|
120.000.000
|
48.000.000
|
72.000.000
|
4
|
450.000.000
|
100.000.000
|
270.000.000
|
370.000.000
|
80.000.000
|
32.000.000
|
48.000.000
|
5
|
150.000.000
|
100.000.000
|
90.000.000
|
190.000.000
|
(40.000.000)
|
-
|
(40.000.000)
|
Pola
EAT proyek “B” (dalam rupiah)
Th
|
Penjualan (Rp)
|
FC (Rp)
|
VC (Rp)
|
TC (Rp)
|
EBT (Rp)
|
Pajak 40% (Rp)
|
EAT (Rp)
|
1
|
400.000.000
|
75.000.000
|
200.000.000
|
275.000.000
|
125.000.000
|
50.000.000
|
75.000.000
|
2
|
400.000.000
|
75.000.000
|
200.000.000
|
275.000.000
|
125.000.000
|
50.000.000
|
75.000.000
|
3
|
200.000.000
|
75.000.000
|
100.000.000
|
175.000.000
|
25.000.000
|
10.000.000
|
15.000.000
|
4
|
250.000.000
|
75.000.000
|
125.000.000
|
200.000.000
|
50.000.000
|
20.000.000
|
30.000.000
|
5
|
250.000.000
|
75.000.000
|
125.000.000
|
200.000.000
|
50000.000
|
20.000.000
|
30.000.000
|
2. Pola Proceed proyek “A” Pola Proceed proyek
“B”
Th
|
EAT
|
Penyusutan
|
Proceed
|
|
Th
|
EAT
|
Penyusutan
|
Proceed
|
1
|
400.000.000
|
75.000.000
|
200.000.000
|
|
1
|
125.000.000
|
50.000.000
|
75.000.000
|
2
|
400.000.000
|
75.000.000
|
200.000.000
|
|
2
|
125.000.000
|
50.000.000
|
75.000.000
|
3
|
200.000.000
|
75.000.000
|
100.000.000
|
|
3
|
25.000.000
|
10.000.000
|
15.000.000
|
4
|
250.000.000
|
75.000.000
|
125.000.000
|
|
4
|
50.000.000
|
20.000.000
|
30.000.000
|
5
|
250.000.000
|
75.000.000
|
125.000.000
|
|
5
|
50000.000
|
20.000.000
|
30.000.000
|
Proceed proyek
“A”
|
|
Proceed proyek
“B”
|
|||
Tahun 1
|
Rp. 106.000.000
|
|
Tahun 1
|
Rp. 115.000.000
|
|
Tahun 2
|
Rp. 76.000.000
|
+
|
Total out lay
|
Rp. 200.000.000
|
-
|
Jumlah
|
Rp. 182.00.000
|
|
Kekurangan
|
Rp. 85.000.000
|
|
Total out lay
|
Rp. 250.000.000
|
-
|
|
|
|
Kekurangan
|
Rp. 68.000.000
|
|
|
|
|
Waktu = x 12 bulan Waktu
= x 12 bulan
Waktu = 7,3 bulan Waktu = 8,9 bulan
PBP proyek “A” = 2 tahun PBP proyek “B” = 1 tahun
8,9 bulan
Proyek yang baik di pilih berdasarkan PBP
adalah proyek “B”
3. Net present value
Proyek
“A”
|
|
Proyek
“B”
|
||||
Proceed
|
DF 15%
|
PV
|
|
Proceed
|
DF 15%
|
PV
|
106.000.000
|
0,870
|
92.220.000
|
|
115.000.000
|
0,870
|
100.050.00
|
76.000.000
|
0,756
|
57.456.000
|
|
115.000.000
|
0,756
|
86.940.000
|
112.000.000
|
0,658
|
73.696.000
|
|
55.000.000
|
0,658
|
36.190.000
|
88.000.000
|
0,572
|
50.336.000
|
|
70.000.000
|
0,572
|
40.040.000
|
50.000.000
|
0,497
|
24.850.000
|
|
70.000.000
|
0,497
|
34.790.000
|
Total present value
|
298.558.000
|
|
Total present value
|
298.010.000
|
||
Present value out lay
|
250.000.000
|
|
Present value out lay
|
200.000.000
|
||
Net present value (NPV)
|
48.558.000
|
|
Net present value (NPV)
|
98.010.000
|
Proyek
yang baik untuk dipilih berdasarkan NPV adalah proyek “B”
4. Profitability indek (PI)
Proyek
“A” Proyek
“B”
PI = = 1,19 PI
= = 1,49
5. PI
gabungan = = 1,33
Kesimpulan : kedua proposal proyek dapat
diterima karena menghasilkan PI gabungan lebih besar dari satu.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham,
Eugene.F Gepenski, Louis C. 2008. Financial
Manajemen Theory and Practice
Ross
Westerfield Jeff. 2010. Corporate Finance 9th Edition. Irwin,
McGraw-Hill
sangat membantu
BalasHapusThanks you :)
SAMA2 SAYANG
HapusPola Proceed proyek “A” & "B", nilai EAT sepertinya salah
BalasHapus